Malam diselimuti dinginnya rasa
penasaran, kian lama membeku dan membatu. Niat hati ingin melanjutkan
perjalanan, apalah daya kaki sudah lelah melangkah. Terhentilah pijakan kaki
yang terakhir di atas jembatan di seberang jalan sana, tempat dimana semua keluh
kesah bisa dilontarkan pada derasnya aliran sungai yang mengalir deras,
barangkali saja resah dan gelisah bisa terbawa arus hingga mengalir ke hilir
dan hilang tanpa jejak seperti tersihir.
Ketika percakapan tak lagi seperti
dulu, entah siapa yang harus mulai duluan, atau topik apa yang layaknya menjadi
pembuka obrolan, kita berdua sudah sama-sama kaku, kisah ini begitu kikuk.
Ada keganjalan yang acapkali ku
temui di sana, di tempat biasa kita berjalan bersama. Tempat yang umurnya sudah
tak muda itu pernah manjadi sejarah cerita kita. Kisah klasiknya masih
tergambar pada dinding-dinding yang hampir runtuh diterpah hujan badai, begitu
kuno namun tersimpan ribuan sejarah. Hanya kau dan aku yang tau semuanya itu.
Ah, malam kian larut dan keadaan
hati begitu berbelit-belit. Lika-liku perjalanan seperti lorong sepih tak
berpenghuni. Sudah tak terdengar lagi irama musik yang pernah berbunyi merdu
dalam sunyi. Yang tersisa hanyalah suara jangkrik yang memecah kehaningan
malam, merubah suasanan menjadi nuansa yang mistis, dan penuh misteri.
Malam ini ku dapat pesan darimu,
pesan yang begitu mengejutkan membuatku ku hanyut dalam lamunan, dalam hati ku
bertanya, apa yang semalam kau impikan hingga kau mengirimkanku pesan,
menanyakan kabar dan lain sebaginya. Setahuku, pesan yang terakhir ku terima
darimu, kira-kira sudah dari 2 tahun yang lalu. Sekarang baru ku pahami,
ternyata rasa rindu ini memang tak ada tanggal kadaluarsanya, dan bahkan tak
pernah terlelap dalam senyap.
Dia, yang sudah tak sekota lagi
denganku. Entah apa yang harus ku katakan padanya, sementara aksara terus
menari-nari di kepala. Terlalu banyak yang ingin ku tanyakan dan sampaikan
padanya.
Aku kangen, pada malam dingin penuh
kabut dan bau tanah setelah hujan mengguyur kota ini, saat kita awal berkenalan
dan saling menyimpan pertanyaan dan rasa penasaran yang dalam antara kau dan
aku. Masa-masa dimana kita saling melegahkan rasa dahaga kita akan cerita masa
lalu kita masing-masing. Hidup ini bukan seperti yang kita inginkan, kau lulus
dan pergi meninggalkanku dalam kesendirian di kota ini, dan aku di sini terus
berjuang melawan rasa rindu padamu. Sungguh! Cerita kita seperti dalam dongeng.
Apapun yang telah terjadi,
terjadilah! Waktu tak mungkin bisa diputar kembali, aku juga tak mau kembali, apalagi
kalau kembali ke masa dimana rasa kangenku meledak-ledak namun tak seorangpun
yang tau kalau ledakan itu karena kamu. Aku hanya bisa bersyukur, bila mana
sampai saat ini kau masih mengingatku.
Aku akan selalu menjadi diriku, yang
dulu, saat ini, dan sampai kapanpun akan menjadi diriku sendiri. Aku akan
selalu menjadi seseorang yang selalu kau tegur dan marahi dikala semua
nasehatmu tak ku hiraukan, dan pergi dari meja kopi begitu saja tanpa pamit
darimu, namun kau tetap sabar dalam menghadapi setiap sikapku. Aku selalu
bersyukur meskipun sekarang kita tinggal di kota yang berbeda namun kita masih
selalu berkomukikasi dan saling mendukung antara satu sama lain, meskipun
terkadang kita sibuk dengan urusan kita masing-masing tetapi apa yang pernah kita
janjikan masih belom kita ingkari, dan semoga saja tak pernah ada dusta antara
kita. Aku selalu menitipkan namamu dalam doa semoga dirimu selalu diberi
kesehatan dan kesuksesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar