Minggu, 05 Mei 2013

The Beginning


May 2, 2013
Here, the story goes!

Setelah pagi dan hangatnya mentari yang selalu setia pada sang waktu dan alunan classic music yang menyejukan hati, dengan penuh harapan dan sisa-sisa rindu semalam yang belum tersampaikan, ku seruput kopi dan ku hirup napas dalam-dalam, sedalam arti sebuah pertemuan, ku santunkan rasa syukur ku pada Sang Pencipta alam semesta sembari menikmati embun pagi yang bersahaja.
Pagi adalah awal yang baik sebagai persiapan untuk bertempur melawan hari-hari yang penuh tanda tanya dan semua yang aku butuhkan adalah semangat yang baru yang penuh dengan keteguhan hati yang utuh.

Pukul 09:45
Pagi itu, saya sudah berada di kampus dan sama seperti biasanya, saya jarang terlambat dan semua itu bukan semata karena mau menyenangka hati dosen tapi saya merasa sangat bertanggu jawab terhadap integritas sata pada sang waktu. Tampaknya belum banyak dari teman saya yang sudah berada di kampus saat itu, dan saya pun sendiri mulai bertanya dalam hati, kemana anak-anak yang lain dan kenapa belum kunjung datang, sementara waktunya tinggal sebentar lagi sebelum perkuliahan dimulai, tiba-tiba ada seorang teman saya menghampiri dan berkata kalau perkuliahan hari ini kosong, tentunya rasa skeptis yang berlabihan muncul dan menanyakan kebenaran atas berita tersebut, sebab nemurut pengalaman terkadang itu hanyalah hoax bahkan lelucon konyol belaka.
Saya tak berpikir panjang lebar lagi, kaki ku tanpa diperintah mulai menapak dan berjalan dengan tergesah-gesah seakan sedang dikejar setan.
Tibalah saya di ruangan akademik dan tanpa basa-basi dengan hal yang sudah basi saya langsung menanyakan kebenaran berita tersebut dan dengan nada lembut nan tegas sang kepala akademik pun menjawab kalau perkuliahan hari ini kosong dan akan diganti ke hari Sabtu.
Well, ternyata kali ini saya sedang tidak dibohongi, kemudian saya lalu berjalan menuju ke sebuah ruangan dan itu adalah salah satu ruangan yang tenang dan sangat cozy buat cooling down a.k.a ngadem, kesejukan AC ruangan itu membuat hati yang sempat kecewa dengan masalah barusan menjadi sedikit lebih tenang.

Aku duduk disebuah kursi yang berada sangat pojok dari ruangan itu dan bisa dipastikan jauh dari keramaian dan keheboan yang tidak penting. Ku keluarkan mp3 mini player ku dan ku dendangkan classic jazz songs sambil larut dalam keseriusan melanjutkan novel bacaan yang aku bawa, tidak ada yang menggangu dan begitu tenang dari biasanya.

Time flies so faster dan tanpa sadar sudah hampir pukul 12, ini berarti saya harus segera bergegas untuk meninggalkan ruangan itu, rasanya sedikit kecewa, tapi tak apalah sebab perkuliahan selanjutnya adalah dari salah satu dosen favorite ku. Listening Comprehension, itulah nama matakuliahnya. Selain dosen nya yang asik dan berwawasan luar serta humoris dan terkadang bikin ngakak parah tingkat dewa-dewi Yunani (lebay) juga dengan matakuliah ini dapat membuka cakrawala berpikir  dan tentunya sangat memperkaya pengetahuan saya, inilah salah satu alasan kenapa saya jarang sekali bolos dalam perkuliahan ini.

Pukul: 13:45

Setelah perkuliahan hari itu berakhir, rasanya begitu lemah, letih lesuh dan lunglai dan ada segelintir kejenuhan yang merambat dari otak sampai ke hati, aku berjalan perlahan meninggalkan ruangan perkuliahan persis setelah selesai menandatangai presensi hari itu.
Dalam perjalanan ku menuju ke gedung pusat kampus, dari kejauhan radius kurang dari 200 meter kulihat seseorang yang sedang duduk dalam kerumuman, persis di Lobby kampus. This is the beginning of my today's life story!!
Memandangnya dari kejauhan seakan membuat semua rasa capek dan bosan ku hilang dalam sekejap, dia tersenyum dari kejauhan dengan senyuman yang mengandung ribuan arti yang tak bisa ku jelaskan, aku tampak begitu terpesona dan sedikit kikuk ketika pandangan nya tertuju pada ku, aku hampir kehilangan kendali dengan tatapan matanya yang begitu dalam hingga menembus setiap ruang-ruang rasa yang sangat dalam dan tak terbaca, sembari menekur dan berusaha menutupi apa yang sedang ku rasakan saat itu, beribu kali ku coba untuk tidak melihat nya, seakan terjadi perang batin antara rasa gembira dan gengsi.
Getaran yang ku rasakan begitu kuat sampai aku tak sanggup lagi berkata-kata, ku terus berjalan menuju ke arah nya mengikuti kata hati yang telah memang atas rasa gengsi di hati.
Aku lalu berjalan menuju nya dengan sedikit keragu-raguan dan sedikit rasa cuek yang tak penting, setelah bertemu dengan nya, aku lalu menyapanya dengan nada halus dan lembut dan dengan sedikit gengsi tentunya.
Sapaan ku membuatnya sedikit tersenyum sebelum akhirnya kita bersalaman dan saling bertukar percakapan yang ringan tapi penuh dengan daya tarik yang kuat. Aku larut dalam percakapan dengan nya saling mengisi kekosongan akan kehausan rasa ingin tau yang mendalam.
Dia lalu mengajak ku ke depan kampus menemani nya makan siang dan tentu saja aku tidak mungkin menolak tawaran yang berharga ini, kami berdua berjalan menuju warung di depan kampus dengan masih terus saling bertukar obrolan yang kian menarik, persaan ku saat itu begitu bagaikan sulit bernapas dan rasa bahagia yang tak terkata ada di sana. Setelah sampai di warung, dia langsung memesan makanan dan aku hanya memesan secangkir kopi, saat itu aku tak sedang lapar, mungkin salah satu nya karena telah terpusakan oleh obrolan yang begitu menarik.
Kami melanjutkan percakapan.... Yang paling menarik dari percakapan saat itu adalah dia menerima dan meresponi tawaran ku dengan penuh antusias sebelum akhirnya kita saling bertukar nomor HP.

Terkadang aku bersyukur pada sang waktu untuk kesampatan yang tepat, aku rela bila hanya berdua dengan nya meskipun dimana saja, tidak soal perbedaan dan persamaan yang kami miliki namun semuanya karena kenyamanan semata, hati kecil ku mengatakan kalau dia bisa merasa sedikit nyaman berada di sisi ku dan aku juga sangat nyaman berada di samping nya.
Percakapan kami berdua bagaikan air yang mengalir dari hulu ke hilir, begitu lancar dan nyambung.
Jika hari itu ku percaya sang waktu selalu menyediakan waktu yang tepat, aku juga percaya akan ada kesempatan yang lebih baik lagi bila nanti nya bertemu dan berduaan dengan nya dikemudian hari.
Terima kasih untuk traktiran secangkir kopi, secangkir kehangatan dan percakapan yang begitu berarti.


Written by: Oldry Ronald

Tidak ada komentar:

Posting Komentar