Minggu, 11 November 2012
RESAH
Sudah cukup lelah hati terbakar emosi dan kecemburuan yang kian menghanguskan, inilah yang kurasakan. Awalnya biasa saja , tak begini dan tak sepantasnya aku merasakan semua ini, semua ini ibarat susu dibales air tubah, perih rasanya bila mengingat semua yang telah terjadi akhir-akhir ini dalam hidupku.
Jiwa yang kian merana akan semua yang belom terselesaikan, masalah yang datang silih berganti dan terus-menerus tanpa henti.
Sudah cukup makan asam garam dengan semua ini, rasanya ingin berlari menembus derasnya hujan diawal bulan November ini dan lari jauh dari semua kenyataan pahit ini, tapi apalah daya, aku hanyalah seperti sesosok raga lemah dan tak berdaya dan tak tau lagi harus berbuat apa, sungguh semua ini begitu memiluhkan rasa di jiwa.
Kemarin dan hari ini masih sama saja, tak pernah ada yang berubah, daun-daun awal musim semi berguguran, jatuh berserakan tiada henti, tanah tandus kering yang haus akan jatuh nya hujan pun sekan jadi saksi akan semua yang sudah terlanjur terjadi, dan bungkam membisu seolah mengerti akan apa yang ku alami.
Sungguh ini ibarat sesuatu yang tak mungkin, dan pahit bagaikan menelan pil tanpa disertai secangkir tegukan manis nya anggur, pahit dan menyiksa.
Tapi seperti secangkir kopi pahit yang selalu ku teguk setiap pagi, tanpa henti ku nikmati saja, dan terus bertahan meskipun rasanya semakin sakit, namun satu hal yang kuyakini bahwasannya Sang Pendengar Doa di luar sana pun tau akan semua yang perih ini, bunga-bunga yang mulai mekar akan turut terseyum menyambut dengan sorak-sorai atas kemenangan hati yang segera ku raih.
Aku akan senantiasa menjadi tanah tandus yang setia meskipun rasanya begitu getir, namun pelan-pelan saja ku jalani semua ini, akan ada saatnya benih-benih pohon pinus yang telah mati kekeringan, akan tumbuh ketika diterpa hujan awal musim, aku juga akan seperti itu.
Yah! satu keyakinan adalah bahwa semua yang pahit kurasakan ini akan diganti dengan sebuah keberhasilan yang memuaskan.
Oh Sang Pendengar Doa... Engkau tau dan lebih mengerti semua yang ku jalani sekarang ini, aku hanyalah insan yang terkadang terbatas dengan sekedar aksara, tapi Engkau Maha melihat, mendengar dan merasakan, biarlah semua ini ku tuangakan saja kepada Mu!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Hari berganti hari Waktu berkejar-kejaran Musim berganti-ganti Kemarau yang berkepanjangan Tetes airpun mulai membasahi bumi Huj...
-
Malam yang tenang, sunyi dan sepi Di bulan November yang penuh hujan Tetesan maupun dengan derasnya jatuh berguguran Bercucuran k...
-
Denyut nadi bergetar tiada henti dalam darah, waktu yang begitu cepat berubah tanpa bilang-bilang, aku merasakan sesuatu yang beda, sesua...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar