Senin, 19 November 2012

PADA CINTA MU, AKU TAKLUK!

Berawal dari rasa penasaran yang mendalam, rasa ingin tau yang kuat, semua sungguh tak terlukiskan bila melihat dirimu dalam kumpulan dan dalam keramaian bersama teman-teman mu yang hiruk-pikuk itu.
Oh aku tak sanggup lagi membendung semua perasaanku ini, namu satu yang membuat ku selalu takluk dari mu adalah kamu tampak begitu santai dan dingin, dengan sifatmu yang acuh-tak-acuh itu, sementara aku berada dalam panasnya api asmara yang membakar sebagian jiwaku, namun kini semuanya perlahan mulai berubah, aku sendiripun tak tau dari mana datangnya semua itu, kau menyebut nama ku dalam sapaan lembut bibir manismu, terdengar lembut dan sungguh menyentuh dasar hatiku, suaramu menelanjangi setiap sudut ruang di hatiku yang telah ku tutup rapat-rapat.
Saat itu aku merasa seperti terlahir kembali, jiwaku kembali, batin yang sempat tersiksa terasa kembali pulih, luka lama dalam hati mulai terasa membaik, oh betapa sungguh ku kagumi dirimu, aku sadari semua hal itu.
Bahkan dikala itu, akupun balik menyapamu dan kitapun saling bertukar senyum, sungguh suatu moment yang tak akan pernah bisa aku lupakan. oh dewa langit dan dewi hujan, engkau turut jadi saksi betapa dalamnya rasa senang hatiku saat itu.
Angin malam yang dulunya sinis menyapaku, sekarang malah malu dan berpaling menyejukan hatiku saat pertama kali dalam sejarah kisah pertemuan kita ini. sakit hati akibat dirunuh rasa penasaran yang lama sudah tak ada lagi, aku sudah sangat bisa leluasa bertukar sapa dan senyum penuh makna bila bertemu lagi dengan mu.
Aku tak ingin lari jauh lagi dari semua kenyataan manis ini, akan selalu ku ingat setiap pembicaraan yang pernah kau santunkan ditelingaku lewat bibir manismu itu.
Ibarat malaikat tak bersayap kaulah orangnya, yang datang dari ribuan daun yang berguguran dan milyaran orang di bumi ini. kau sungguh membuatku takluk dan tak bisa ku pungkiri lagi semuanya itu, aku harus bisa jujur kalau aku begitu mancintaimu, terima kasih buat malam yang panjang, hari yang cerah yang sudah turut menyaksikan kisah ku yang dalam ini.

- Di bawah kaki Merapi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar