Minggu, 08 November 2015

Saying NO!



Setiap tulisan di bawah ini adalah murni dari hasil pemikiran sendiri, jika anda merasa ada manfaat dari artikel ini, anda bisa mengambil hikmahnyam dan untuk menyempurnahkan artikel ini, saya sebagai penulis dengan lapang hati menerima setiap kritikan yang bersifat membangun. So, give your comment below!

T I D A K !!!

 (image source: https://sheroes.in/img/uploads/article/high_res/say-no_prajakt_august.png)

Terkadang ada hal yang paling sulit untuk kita ucapkan, entah itu dalam keadaan senang bahkan hal yang paling membuat emosi dan bahkan menyakiti hati sekalipun. Apalagi kalau kata tersebut kita lontarkan kepada orang yang sudah kita kenal seperti orangtua, saudara atau bahkan sahabat terdekat sekalipun.
Dalam artikel kali ini, saya ingin membahas mengenai kata “tidak” yang umumnya telah lazim kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut http://artikata.com/arti-354539-tidak.html, kata “tidak” (kata sifat/adjective) adalah partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dsb. Kata "tidak" ini seringkali dipakai untuk menyangkal atau menyanggah apa yang dikatakan orang terhadap kita yang notabene nya adalah tidak benar dan tak sesuai dengan kenyataan, kata “tidak” juga acapkali kita gunakan untuk menolak tawaran entah berupa tawaran traktiran makan, traktiran ngopi dari sahabat atau lain sebagainya.
Tau kah anda kalau kata “tidak” tersebut juga berdampak sangat buruk bagi gangguan kejiwaan apabila tidak atau belom sempat kita ucapkan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kita untuk menyangkal apa yang dikatakan orang lain kepada diri kita, atau menolak tawaran yang menggiurkan dari sahabat kita.

Saying “NO” loudly!

Seringkali kita terjebak dalam friend-zone, bro-zone atau sister-zone dan lain sebagainya, yang membuat kita sulit untuk mengucapkan kata “tidak” ini karena terhalang berbagai faktor seperti malu hati atau merasa tidak enak untuk mengatakannya dengan lantang. “Mean what you say and say what you mean!” - Erik Fisher, Ph.D.
Berdasarkan pengalaman pridadi saya, terkadang saya merasa sangat sulit untuk menghindari situasi semacam ini. Namun saya belajar dari kutipan Erick Fisher untuk menegaskan apa yang telah saya katakana dan berusaha agar terus mempertahankan keputusan yang telah saya buat serta menghindari gangguan yang mengintervensi keputusan saya. Setiap orang harus belajar untuk menghargai keputusan yang dibuat oleh orang lain, selama keputusan yang kita buat sama sekali tidak merugikan mereka atau bahkan merugikan sekalipun, ini adalah prinsip hidup yang kita jalani masing-masing, konsekuensi dari keputusan yang telah kita buat akan kita tanggung sendiri, jika memang dikemudia hari kita merasa menyesal karena telah gagal mengambil keputusan, kita akan jadikan semuanya itu sebagai suatu pelajaran berharga untuk tidak mengulanginya lagi.

Saying NO is not a crime!

Katakan tidak untuk hal yang tak kita sukai adalah bukan suatu tindakan kriminal, sebagai contoh anda adalah seorang yang bukan dikategorikan alcoholic atau pecandu alkhohol, suatu saat anda berada dalam situasi sedang asik ngobrol dengan teman-teman anda namun tanpa sadar teman anda memberikan segelas minuman keras kepada anda, yang lintas dipikiran anda saat itu hanyalah have-fun semata karena terbawa arus obrolan yang begitu menghanyutkan dan mengasikan, tentu saja anda akan merasa “awkward”. Bila anda tergolong orang yang menghargai pemberian orang lain, apa yang akan anda lakukan? Sementara sebagian atau bahkan semua teman anda yang saat itu ikut nimburung dalam percakapan yang seru itu juga menerima tawaran yang entah tanpa sadar, suka atau tidak suka tetapi langsung saja meneguk minuman yang ditawarkan teman anda. Akankah anda sanggup menerima kritikan atau “bully” atau bahkan disangka sombong oleh teman-teman anda? Mungkin ini biasa-biasa saja, tapi tahukah anda bila setiap keputusan punya dampak yang sangat berbeda-beda. Di sini saya tidak akan membahas jurus untuk menangkis tawaran semacam itu, saya hanya ingin sedikit berbagi kalau saja katakana “tidak” bukan merupakan suatu bentuk kejahatan, kenapa harus malu untuk mencobanya?

Saying NO without explaining the reason why!

Terkadang saat kita dalam keadaan jenuh, bosan atau capek, kita tidak ingin terlalu banyak berkomentar yang macam-macam tentang hal-hal tertentu yang nantinya menggangu sistem saraf kita. Kita hanya butuh kopi dan musik yang menyegarkan otak lalu katakana tidak begitu ditawarkan suatu kerjaan baru dari orang lain, tentunya orang akan menanyakan why don’t you like it? But hey, I don’t have to explain it to you! I just don’t like it and don’t wanna do it! Yes, sometimes you need to do that such a kind of things in order to shut them up by not giving the reason why because it’s not their business. 

 (Image source: http://www.womenshealthmag.com/sites/womenshealthmag.com/files/images/say-no.jpg)

                                    Written by: @oldryronald

Tidak ada komentar:

Posting Komentar