Senin, 01 Februari 2016

Teman Ngobrol







Malam ketika hujan masih menetes dengan intensitas yang ringan, kami berlima duduk membentuk lingkaran seakan mengurungi cangkir-cangkir kopi yang kami teguk perlahan-lahan, ditambah lagi dengan obrolan masa lalu yang bisa dikatakan sedikit bisa membawa suasana hati seakan sejenak berhijrah ke masa lampau, masa dimana awal-awal pengenalan satu sama lain, meskipun ada seorang dari kami yang baru saja saling kenal, namun arus obrolan seakan mengalir dengan lembut seiring dengan musik yang sedang kami dengar bersama-sama.

Pertemanan adalah sungguh sebuah topik yang apabila mau dibahas maka sama seperti mahasiswa tingkat akhir yang sedang menuntaskan skripsinya yang kadang kala menemukan berjuta kendala hingga pada akhirnya menghabiskan banyak waktu hanya untuk menyelesaikannya. Begitu luas dan melebar, saya sendiripun tak sanggup harus dari mana  menjabarkannya.

Minggu malam ketika tersisa beberapa jam saja untuk mengakhiri bulan pertama di awal tahun 2016 ini, sungguh suatu malam yang panjang dan penuh obrolan yang terlampau seru hingga membuat kami sama-sama seakan membunuh waktu, dan enggan menengok jam dinding yang tak pernah lelah berputar mengelilingi 12 angka itu.

Kadang dalam hidup, sering kita jumpai berbagai macam orang, yang entah sudah saling kenal atapun hanya sekedar tau saja dan malah bahkan tidak pernah kenal sama sekali. Boleh dibilang ini adalah warna dalam kehidupan, meskipun latar belakang kami berlima dari keluarga yang berbeda-beda, tetapi apalah artinya semua itu kalau kita punya kopi untuk dinikmati bersama? Semua akan terasa indah dan lebih bermakna.

Ada begitu banyak pembahasan yang kami bahas malam itu, mulai dari sekedar berbasa-basi menanyakan kabar yang sudah lama tak saling sapa, berlanjut lagi ke persoalan hidup masing-masing yang kian rumit dengan berbagai persoalan, hingga ke masalah politik yang belum tuntas di negeri ini yang ibarat kata baru dikeluarkan dari oven alias "masih panas" yang mengundang banyak pro dan kontra dari semua kalangan lapisan masyarakat, ada juga permasalahan politik dunia mulai dari dunia barat ke belahan dunia lain hingga pada akhirnya harus menyeduh kopi untuk kedua kalinya lagi.

Kita tidak pernah tau seberapa sering seseorang yang kita kenal akan masih bertemu dengan kita lagi, baik sekali dalam sebulan, sekali dalam setahun atau bahkan sekali setelah sekian tahun lamanya, karena masalah kehidupan dan urusan pribadi masing-masing, belum lagi bila jarak, ruang dan waktu yang bisa sempat mempersatukan kita lagi dalam sebuah pertemuan seperti begini. Mungkin ada dari kami yang terakhir bertemu tahun lalu, ada yang bahkan lebih dari itu, kita tak pernah tau rahasia kehidupan di masa depan nanti. Yang pasti adalah patut disyukuri  karena masih diberi kesempatan lagi dari Sang Pembuat Semesta ini untuk kembali bertemu dan bercengkrama meskipun tak seintens seperti dulu lagi, namun rasa cinta, kasih dan sayang dari persahabatan yang telah dibangun bertahun-tahun lamanya masih belum lekang oleh waktu hingga masih menghadirkan canda tawa yang jujur dan yang terpancar dari senyum tulus dari setiap wajah kami.

Pada dasarnya kita diciptakan dan ditakdirkan untuk mengisi kekosongan di hati orang lain lewat kehadiran kita dalam kehidupan mereka. Tidak salah bila beberapa jam saja bertemu namun sudah bisa untuk membunuh sejuta rasa rindu yang selama ini belum tersalurkan. Kadang bila rindu belum tersalurkan, ada begitu banyak rasa penasaran yang muncul lewat pertanyaan dalam setiap orbolan kita.

Tidak semua orang kita kenal ditakdirkan untuk hidup bersama-sama dengan kita, ada yang hanya sebentar saja kemudian hilang kabar, kemudian muncul lagi dan menanyakan kabar dan kemudian hilang lagi dan tak pernah ada kabar lagi. Ada yang datang ketika hidup kita bergelimangan harta namun pergi jauh ketika kita jatuh miskin, dan sebaliknya ada yang datang ketika kita dalam keadaan terpuruk dan memotivasi kita dan membantu kita untuk berdiri dan berlari mengejar impian, angan dan cita-cita kita. Ada juga orang yang selalu setia, baik kita dalam kondisi yang sangat terpuruk, menjalani hidup bersama ibarat berjalan bersama di kegelapan malam yang begitu suram, melewati setiap lorong gelap dan menghalau hujan dan petir, dan saling bergandengan tangan dan terus berjalan hingga menemukan titik cahaya fajar di ujung kota seberang sana.

Dalam hidup yang sedang kita jalani, rasa penak, capek, penyesalan, sakit hati, dan lain sebagainya seringkali menghantui setiap tetesan keringat perjuangan yang telah kita perjuangkan. Mungkin dengan begitu banyak persoalan yang kita hadapi, kadang kita merasa jenuh, rasanya ingin berhenti berjalan saja, atau cukup sudah sampai di sini. Sering kali apa yang kita dapati tak sesuai dengan apa yang kita harapkan lalu malah kita pergi mencari yang lain, atau memutuskan untuk berhenti mencari dan bahkan berbalik arah dan meninggalkan semua jeri payah yang telah kita perjuangkan, tapi malah hanya menyisahkan penyesalan yang mendalam yang kian lama kian terpuruk dalam lingkaran setan.

Ada satu hal yang masih kita punya yaitu "kenangan", yang tak bisa direbut oleh siapapun. Orang bisa mengambil apa saja yang menjadi hak kita, menyusahkan kita dengan segala macam cara, tapi mereka tak bisa mengambil setiap momen indah yang pernah kita lewati bersama di masa lalu.
Hari ini, bila saja kita masih sering bertemu satu sama lain, itu semua merupakan suatu bukti harapan kita di hari kemarin. Kalau saja harapan itu akan selalu ada tiap hari, maka akan selalu ada hal-hal baik yang sedang menanti kita di masa depan. Jangan pernah sepelehkan setiap moment yang pernah kita jalani bersama.

Bulan boleh berganti, kemarin Januari hari ini sudah Februari tapi apa yang kita lakuan hari ini, itulah yang akan menentukan masa depan kita. Selamat datang bulan Februari, semoga segala harapan indah di bulan ini bisa direalisasikan, selamat berjuang melawan setiap rasa ego kita masing-masing, kalahkanlah dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum kau takhlukan dunia.




Written by @oldryronald


Yogyakarta. February 1, 2016