Selama
ini kita masih selalu bertukar senyum, saling menceritakan masalah kita
masing-masing, menasehati satu sama
lain, memberi semangat di saat yang lain sedang putus asa, berdebat dengan
hal-hal sepele, saling merindukan malam tak berbintang, bertukar sapa dikala
hujan mulai membasahi atap rumah, menyeruput kopi berdua di seberang jalan
sana, namun apalah arti semuanya ini?
Waktu
silih berganti, musim hujan berganti musim kemarau, tahunpun berlalu, namun
tanpa sadar kalau sudah hampir dua tahun kita saling mengenal satu sama lain.
Tapi apa yang sudah kita jalani selama ini seakan lebih dari itu. Memahami,
mencintai, mengkhianati, berprasangka, menduakan, dan bahkan meninggalkan satu
sama lain.
Memang,
dalam banyak hal kita selalu bersatu, mulai dari hobi kita, lagu kesukaan kita,
dan lain sebagainya, tapi cara pandang kita tetap saja tak bisa dikawinkan.
Tetap saja tak pernah cocok. Selain perbedaan itu bagus, hal ini pula yang
mungkin saja menjadi indikator kita tak sejalan lagi. Kita seperti dipisahkan
ombak dan badai di samudra pasifik, yang sama-sama dihanyutkan ke tempat
terjauh, yang sulit dijangkau akal. Walau akhirnya kita tak bersatu lagi,
setidaknya kita pernah bersama, karena bersama tak harus bersatu.
Aku
menyadari dengan sungguh kalau mungkin saja aku yang terlampau egois, tapi coba
tanyakan juga dirimu, pernahkan kau sedikit kau berpikir tentang perasaanku
padamu?
Terkadang
aku suka berdiam diri, pergi jauh meninggalkan keramaian. Mungkin menurutmu aku
adalah tipe orang yang introvert, yang begitu beku dan tertutup. Tak masalah,
karena itulah diriku apa adanya. Aku memang tak suka terlalu terbuka, apalagi
harus berbagi cerita yang sifatnya terlalu rahasia dan sensitif, mungkin kau
berpikir kalau aku tak menganggapmu ada di sisimu sebagai seorang sahabat, yang
bisa berbagi keluh-kesah. Tapi aku adalah orang yang kuat di sini lain, yang
perlu kau tau adalah bahwa aku tak ingin menambah beban hidup kepada orang
lain, apalagi kalau harus berbagi cerita yang membuatmu merasa ibah atau kasian
atau bahkan langsung membenciku dengan perlahan. Aku bisa mengatasinya sendiri
dengan caraku, tanpa harus merepotkanmu.
Percayalah,
bahwa ada segelintir masalah dalam hidup yang tak bisa kita pahami, aku tak
bisa menjelaskan padamu dan bahkan tak membutuhkanmu untuk turut serta
mencampuri urusanku, bukan karena aku egois, tapi ini adalah prinsip hidupku. Selain
egois dan gengsi, ada rasa yang lebih besar dalam hatiku yang tak pernah kau
tau, bahkan mengalahkan rasa cinta, yaitu rasa takut kehilanganmu.
Tapi
permasalahan hati ini begitu rumit, kadang hati perperang dengan logika. Aku
sendiripun kadang tak yakin dengan keputusanku, bagaimana mungkin aku harus
melibatkanmu dalam ketidakpastian seperti ini? Harusnya
bisa kujelaskan ini semua padamu, tapi aku tak mau berdebat terlalu jauh dan
dalam mengenai semua ini denganmu. Biarlah saja kuselesaikan sendiri perkara
hatiku ini.
Written by @oldryronald
Written by @oldryronald