Minggu, 23 Desember 2012

Renjana senja

23 Desember 2012


Sore yang diselimuti awan hitam pekat dan tebal
Tampaknya akan segera turun hujan
Daun-daun kering berguguran...
Orang-orang berlarian
Dan hati ku masih saja beku...
Di luar terdengar begitu hiruk-pikuk

Rasa rindu yang luar biasa
Rasa rindu akan rumah kecil ku
Rasa rindu dengan semua yang jauh di sana
Rasa rindu pada keluarga ku
Namun tuk tak bisa berbuat banyak
Hanya duduk diam dan membisu
Hanya bisa berdoa dalam tangis
Hanya bisa menjerit dengan sakit
Hanya bisa tersenyum palsu

Begitu dalam rasa kangen
Begitu perih dan belum kunjung pulih
Begitu menyiksa sampai ku tak bisa bernapas
Begitu dalam dan tak terukur
Begitulah rasa kangen ku pada orang-orang yang ku cintai

Hai senja..
Dimana kah diri mu?
Kenapa kau lari dari ku?
Kopi pahit ku mulai dingin
Aku butuh sinar mu tuk menghangatkan tubuh ku..
Kenapa tak kau sinari hati ku yang beku ini?
Kenapa dan mengapa?

Perjalanan hidup yang melelahkan
Rasanya belum percaya saja
Besok sudah malam Natal
Tapi apa?
Hati ku masih seperti dulu
Masih ada rindu yang belum terselesaikan
Masih banyak yang ingin ku sampaikan
Tapi pada siapa?


Akan ku tuliskan sajak-sajak kecil ku pada kertas
Akan ku terbangkan dengan hembusan angin malam
Akan ku labuhkan semua rindu ku yang biru ini pada awan biru
Akan ku tatap langit yang menangis
Akan ku resapi setiap derasnya hujan malam
Akan ku tuangakn dalam puisi ku

Renjana senja..
Aku harus bagaimana lagi?
Sampai kapan ku harus hidup dalam kebohongan?
Sampai kapan ku terus berpura-pura
Tapi...
Kalau itu yang terbaik
Akan ku lantunkan sebuah tembang kenangan masa kecilku
Dan terus berusaha membereskan hati ku
Terima kasih hujan
Kau selalu tau isi hati ku
Terima kasih secangkir kopi
Yang selalu menemani ku dikalah rasa gundah gulana menerpa
Terima kasih Sang Pembuat Langit
Yang dengan tersenyum mau mendengar semua jeritan hati..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar